Assalamulaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillah telah diberikan nikmat luar biasa saya dan anda sekalian yang bisa bertemu atas izin allah swt.
Pada kesempatan kali ini saya akan berbagi tentang definisi mati/meninggal dunia/wafat menurut alquran.
selamat membaca.
Definisi mati menurut Al-Qur’an Mati menurut pengertian
secara umum adalah keluarnya Ruh dari jasad, kalau menurut ilmu kedokteran
orang baru dikatakan mati jika jantungnya sudah berhenti berdenyut. Mati
menurut Al-Qur’an adalah terpisahnya Ruh dari jasad dan hidup adalah bertemunya
Ruh dengan Jasad. Kita mengalami saat terpisahnya Ruh dari jasad sebanyak dua
kali dan mengalami pertemuan Ruh dengan jasad sebanyak dua kali pula.
Terpisahnya Ruh dari jasad untuk pertama kali adalah ketika kita masih berada dialam
Ruh, ini adalah saat mati yang pertama. Seluruh Ruh manusia ketika itu belum
memiliki jasad. Allah mengumpulkan mereka dialam Ruh dan berfirman sebagai
disebutkan dalam surat Al A’raaf 172: Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu
mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil
kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?”
Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan
yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya
kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”,
(Al A’raaf 172) Selanjutnya Allah menciptakan tubuh manusia berupa janin
didalam rahim seorang ibu, ketika usia janin mencapai 120 hari Allah meniupkan Ruh
yang tersimpan dialam Ruh itu kedalam Rahim ibu, tiba-tiba janin itu hidup,
ditandai dengan mulai berdetaknya jantung janin tersebut. Itulah saat kehidupan
manusia yang pertama kali, selanjutnya ia akan lahir kedunia berupa seorang
bayi, kemudian tumbuh menjadi anak anak, menjadi remaja, dewasa, dan tua sampai
akhirnya datang saat berpisah kembali dengan tubuh tersebut. Ketika sampai
waktu yang ditetapkan, Allah akan mengeluarkan Ruh dari jasad. Itulah saat
kematian yang kedua kalinya. Allah menyimpan Ruh dialam barzakh, dan jasad akan
hancur dikuburkan didalam tanah. Pada hari berbangkit kelak, Allah akan
menciptakan jasad yang baru, kemudia Allah meniupkan Ruh yang ada di alam
barzakh, masuk dan menyatu dengan tubuh yang baru sebagaimana disebutkan dalam
surat Yasin ayat 51: 51- Dan ditiuplah sangkakala, maka tiba-tiba mereka ke
luar dengan segera dari kuburnya (menuju) kepada Tuhan mereka. 52- Mereka
berkata: “Aduh celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat
tidur kami (kubur)?” Inilah yang dijanjikan (Tuhan) Yang Maha Pemurah dan
benarlah Rasul-rasul (Nya). (Yasin 51-52) Itulah saat kehidupan yang kedua
kali, kehidupan yang abadi dan tidak akan adalagi kematian sesudah itu. Pada
saat hidup yang kedua kali inilah banyak manusia yang menyesal, karena telah
mengabaikan peringatan Allah. Sekarang mereka melihat akibat dari perbuatan
mereka selama hidup yang pertama didunia dahulu. Mereka berseru mohon pada
Allah agar dizinkan kembali kedunia untuk berbuat amal soleh, berbeda dengan
yang telah mereka kerjakan selama ini sebagaimana disebutkan dalam surat As
Sajdah ayat 12: Dan (alangkah ngerinya), jika sekiranya kamu melihat ketika
orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya, (mereka
berkata): “Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah
kami (ke dunia), kami akan mengerjakan amal saleh, sesungguhnya kami adalah
orang-orang yang yakin”. (As Sajudah 12) Itulah proses mati kemudian hidup,
selanjutnya mati dan kemudian hidup kembali yang akan dialami oleh semua
manusia dalam perjalanan hidupnya yang panjang dan tak terbatas. Proses ini
juga disebutkan Allah dalam surat Al Baqaqrah ayat 28: Mengapa kamu kafir
kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian
kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu
dikembalikan? (Al Baqarah 28) Demikianlah definisi mati menurut Al-Qur’an, mati
adalah saat terpisahnya Ruh dari Jasad. Kita akan mengalami dua kali kematian
dan dua kali hidup. Jasad hanya hidup jika ada Ruh, tanpa Ruh jasad akan mati
dan musnah. Berarti yang mengalami kematian dan musnah hanyalah jasad sedangkan
Ruh tidak akan pernah mengalami kematian. Tak ada yang mengingkari hal itu
termasuk kalangan atheis sekalipun. Namun yang namanya keimanan tak mandeg
sebatas ini saja. Telah menjadi perkara mendasar dalam Islam, yakni keyakinan
adanya alam setelah kematian, yakni alam barzakh, atau lazim disebut alam
kubur. Kematian, dalam pandangan Islam, bukanlah ujung dari segala kehidupan
makhluk. Syariat telah demikian gamblang menerangkan bahwasanya masih ada alam
lain (alam barzakh kemudian alam akhirat) yang akan dilalui manusia
pascakematian. Maka, membincangkan alam kubur, jelas erat kaitannya dengan
akidah. Karena alam kubur adalah bagian dari hal ghaib yang tidak semua orang
(termasuk sebagian umat Islam) mau meyakininya. Nyatanya, masih saja ada yang
berlogika untuk mementahkan perkara akidah ini. Seakan-akan segala hal bisa
dilihat dari kacamata logika mereka. Sebagian lagi menolak dengan merangkum
beragam syubhat (keraguan) yang kesudahannya adalah menolak hadits-hadits yang
menerangkan tentang berbagai peristiwa di alam kubur. Melogikakan alam kubur
dan beragam peristiwa yang terjadi di dalamnya tentu saja hanya akan
menimbulkan erosi akidah, yang ujung-ujungnya kita bisa meragukan bahkan
menghampakan eksistensi Allah l sebagai Dzat yang Maha Kuasa atas segala
sesuatu. Islam telah menggarisbawahi dengan tebal bahwa keimanan bukanlah atas
dasar selera manusia sehingga ia bisa bebas memilih sekehendak hati. Di mana ia
hanya mau menerima hal-hal yang masuk akal dan menolak hal-hal yang
bertentangan dengan akal. Ia hanya mengimani hal-hal yang bisa diendus oleh
panca indera sementara yang ghaib justru dia kufuri. Demikian juga dia hanya
mau mempraktikkan syariat yang dianggapnya ringan sementara syariat yang (dalam
anggapannya) berat –meski hukumnya wajib– justru ia tinggalkan. Hakikat
keimanan dalam Islam, adalah pembenaran secara total terhadap segala kabar yang
diberitakan Al-Qur’an dan As-Sunnah Ash-Shahihah yang kemudian mewujud dalam
praktik anggota tubuh, berupa ucapan maupun perbuatan. Sehingga bukan keimanan
namanya jika ber-Islam hanya atas dasar eling (ingat) atau yang di kalangan
sufi diistilahkan dengan tahap ma’rifat. Disamping itu, jika setiap makhluk
bisa menginderai hal-hal ghaib niscaya keimanan itu menjadi tiada harganya.
Karena selain perkara itu bukan lagi merupakan hal ghaib, maka menjadi tidak
terbedakan lagi antara mukmin dan orang kafir. Karena semua orang dengan mudah
akan mengimani itu semua. Bagaimanapun, dunia dalam pandangan Islam, hanyalah
panggung ujian yang akan dinilai nantinya. Tidak mungkin ada dua orang, yang
satu jahat sementara yang lain shalih, tatkala mati kemudian sama-sama selesai
begitu saja. Tak ada balasan kejelekan atau hukuman dan tak ada balasan
kebaikan atau pahala. Tegasnya, tak ada tawar-menawar dalam setiap perkara yang
memang telah digariskan syariat. Setiap muslim seyogianya terus menyempurnakan
keimanan yang telah terpatri dalam sanubarinya, salah satunya dengan mengimani
adanya kehidupan setelah kematian. Allah hu a'lam..,,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar