Turkistan-Rusia (atau Transoksus) merupakan daerah
yang sangat luas di wilayah Asia Tengah. Wilayahnya meliputi daerah antara
Sungai Jaihun (kini: Sungai Amu Darya) dan Sungai Saihun (kini: Sungai Syra
Darya) serta daerah-daerah yang berada di sekitarnya. Kedua sungai itulah yang
menyuplai persediaan air di Danau Aral (bagian negara Uzbekistan dan
Kazakhstan). Dalam sejarah, Turkistan-Rusia telah dikenal oleh bangsa Arab
dahulu dengan sebutan daerah belakang (sebelah timur) Sungai Jaihun. Disebut
dengan Turkistan-Rusia untuk membedakan dengan Turkistan-Cina yang kini bernama
Sinkiang. Turkistan-Rusia kini terbagi menjadi 5 negara yaitu: Kazakhstan,
Kisgirtan, Uzbekistan, Tajikistan dan Turkmenistan. Dan Bukhara merupakan salah
satu kota terpenting di negara Uzbekistan.
Bukhara adalah sebuah kota tua yang dikenal sebagai
tempat wisata yang paling indah, memiliki kebun yang banyak dan luas serta
buah-buahan yang menarik dan ranum rasanya. Kota ini berada di sebelah timur
sungai Jaihun dengan jarak tempuh dua hari perjalanan. Dan berada di sebelah
barat Samarkand (Uzbekistan) dengan jarak tempuh delapan hari perjalanan.
Kota ini telah melahirkan sosok ahli hadits yang
cukup disegani semisal Al-Imam Al-Bukhari dan semisalnya.
Nasab Beliau
"Tak kenal maka tak sayang", begitulah
pepatah mengatakan. Beliau adalah Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim
bin Al-Mughirah bin Bardizbah Al-Ju'fi Al-Bukhari.
Beliau dilahirkan pada hari Jum'at tanggal 13 Syawal
194 Hijriyah di kota Bukhara.
Bardizbah berasal dari keturunan Persia dan beragama
Majusi. Bardizbah dalam bahasa Persia bermakna orang yang suka bercocok tanam
(petani).
Al-Mughirah masuk Islam melalui tangan Yaman
Al-Ju'fi seorang penguasa Bukhara.
Oleh karena itulah Al-Imam Al-Bukhari disandarkan
pula kepada Al-Ju'fi.
Mengenai Ibrahim bin Al-Mughirah, Al-Hafizh Ibnu
Hajar berkata: "Tidak ada satu riwayat pun yang menjelaskan tentang
keadaannya." Adapun Isma'il ayah beliau, pernah meriwayatkan hadits dari
Hammad bin Zaid dan Al-Imam Malik serta sempat berjabat tangan dengan Abdullah
Ibnul Mubarok. Kemudian orang-orang Irak meriwayatkan hadits dari Isma'il.
Perjalanan Menuntut Ilmu
Ayahnya wafat ketika beliau masih kecil, sehingga
beliau dibesarkan dalam pangkuan ibunya.
Beliau mulai menghafal hadits sekitar umur 10 tahun
di madrasah anak-anak (Kuttab).
Setelah itu, beliau belajar kepada seorang ahli
hadits terkenal bernama Ad-Dakhili. Suatu hari Ad-Dakhili membacakan hadits
kepada manusia: "... Sufyan (telah meriwayatkan) dari Abu Zubair, kemudian
Abu Zubair (telah meriwayatkan) dari Ibrahim." Maka Ad-Dakhili:
"Sesungguhnya Abu Zubair tidak pernah meriwayatkan dari Ibrahim."
Maka Ad-Dakhili marah kepada beliau. Beliau berkata kepada Ad-Dakhili:
"Coba lihatlah kitab catatanmu!" Maka masuklah Ad-Dakhili ke rumahnya
kemudian melihat kepada kitab catatannya, ternyata benarlah apa yang dikatakan
beliau. Selanjutnya Ad-Dakhili ke rumahnya bertanya kepada beliau:
"Bagaimana sanad yang benar wahai anak muda?" Maka beliau menjawab:
"Dia adalah Az-Zubair bin 'Adi meriwayatkan dari Ibrahim (jadi bukan Abu
Zubair)." Ad-Dakhili meminjam pena kepada beliau dan membenarkan
catatannya, kemudian mengatakan kepada beliau: "Kamu benar."
Peristiwa itu terjadi pada saat beliau berusia 11
tahun.
Ketika usia 16 tahun, beliau telah menghafal
kitab-kitab karya Abdullah ibnul-Mubarak, Waki', serta berbagai pendapat ulama
kota Roy.
Bahkan pada usia 18 tahun beliau menulis kitab yang
berjudul "Qadhaya Ash Shahabah wat Tabi'in wa Aqawilihim".
Memang semenjak kecilnya beliau telah sibuk menuntut
ilmu. Beliau belajar kepada para ahli hadits di kota Bukhara seperti Muhammad
bin Sallam Al-Bikandi, Muhammad bin Yusuf Al-Bikandi, Abdullah bin Muhammad
Al-Musnadi dan Ibnul Asy'ats serta selain mereka.
Kemudian pada tahun 210 Hijriyah beliau pergi
menunaikan ibadah haji ke kota Makkah bersama ibu dan saudara laki-lakinya yang
bernama Ahmad bin Ismail. Setelah selesai menunaikan ibadah haji, sang ibu
beserta Ahmad bin Ismail kembali ke kampung halaman. Sementara beliau tetap
tinggal di kota Makkah untuk menuntut ilmu. Di kota Makkah belajar kepada
Al-Humaidi dan selainnya. Kemudian di kota Madinah belajar kepada Abdul 'Aziz
Al-Uwaish, Mutharrif bin Abdillah dan selain mereka. Di sanalah beliau menulis
kitab yang berjudul "At-Tarikh". Kemudian beliau melanglang buana ke
berbagai negeri untuk menuntut ilmu kepada para ahli hadits seperti ke negeri
Khurasan, Syam, Mesir, berbagai kota di Irak dan berkali-kali beliau
mengunjungi kota Baghdad.
Jumlah total guru-guru beliau mencapai 1080 orang.
Kisah Keajaiban Hafalan Beliau
Beliau dikenal memiliki kecerdasan dan kekuatan
hafalan yang luar biasa.
Beliau mengatakan: "Aku hafal 100.000 hadits
shahih dan 200.000 hadits dhaif."
Suatu ketika beliau pernah mengambil kitab tentang
ilmu kemudian kitab tersebut beliau amati mulai dari awal sampai akhir dengan
sekali pengamatan, maka beliau telah menghafal semua hadits yang ada di
dalamnya.
Hasyid bin Ismail dan selainnya menceritakan:
"Dahulu Abu Abdillah Al-Bukhari belajar bersama kami kepada para ulama
Bashrah, ketika itu beliau masih muda. Beliau tidak menulis hadits yang
disampaikan oleh sang guru. Hal itu berlangsung selama beberapa hari. Maka kami
berkata kepadanya: "Sesungguhnya engkau belajar bersama kami tapi engkau tidak
menulis. Lalu apa yang kamu lakukan? Maka setelah berlalu 16 hari beliau
berkata kepada kami: 'Sesungguhnya kalian berdua terus menerus mengeluhkanku.
Coba tunjukkan kepadaku hadits yang telah kalian tulis!' Maka kami tunjukkan
kepada beliau hadits yang telah kami tulis. Kemudian beliau menambahkan 15.000
hadits (ke dalam catatan kami) yang dia bacakan dari hafalannya sampai kami
membenarkan catatan kami dari hafalan beliau.
Dikisahkan pula suatu ketika Al-Imam Al-Bukhari
singgah di kota Baghdad. Begitu mendengar kedatangan beliau, para ahli hadits
kota Baghdad berkumpul dan bermusyawarah untuk menyambut kedatangan beliau.
Akhirnya diambillah kesepakatan untuk menguji kekuatan hafalan beliau. Kemudian
para ahli hadits mengumpulkan seratus hadits. Seratus hadits tersebut diacak,
baik matan maupun sanadnya. Setelah itu, dibagikan kepada sepuluh ahli hadits,
sehingga masing-masing membawa sepuluh hadits.
Singkat cerita tibalah saat dinantikan. Manusia pun
berkumpul untuk menyaksikan acara tersebut. Mulailah salah seorang penguji
menyampaikan hadits satu persatu kepada Al-Bukhari. Tatkala sang penguji
menyampaikan hadits pertama, Al-Bukhari menyatakan, "Tidak tahu."
Sampai penguji pertama selesai menyampaikan sepuluh hadits, Al-Bukhari tetap menjawab:
"Tidak tahu." Para ahli hadits yang hadir dalam acara tersebut
terlihat saling memandang satu sama lain seraya berkata: "Laki-laki ini
benar-benar mengetahui." Sedangkan orang-orang yang awam justru menyangka
sebaliknya yaitu Al-Bukhari tidak tahu apa-apa.
Kemudian tiba giliran penguji kedua. Mulailah ia
menyampaikan sepuluh hadits satu per satu. Dan Al-Bukhari tetap menjawab,
"Tidak tahu." Demikian seterusnya penguji ketiga, keempat sampai
penguji kesepuluh telah menyampaikan seluruh haditsnya, Al-Bukhari tetap
menjawab: "Tidak tahu." Kemudian Al-Bukhari mengatakan kepada penguji
pertama: "Hadits pertama yang engkau bacakan demikian dan demikian, maka
yang benar adalah demikian dan demikian." Demikianlah Al-Bukhari
menyebutkan kembali hadits tersebut persis sama seperti yang dibacakan oleh
sang penguji, kemudian beliau membetulkan letak kesalahannya. Beliau melakukan
hal ini mulai dari hadits pertama sampai hadits keseratus. Manusia pun mengakui
akan kehebatan hafalan beliau.
Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata: "Semua orang
menunduk di hadapan Al-Bukhari, yang menakjubkan dari beliau bukan pada sisi
kemampuan membenarkan hadits yang salah karena beliau memang seorang penghafal
hadits. Namun yang menakjubkan adalah kemampuan beliau menyebutkan kembali
hadits-hadits yang telah diacak tadi secara tertib dan urut hanya dengan sekali
dengar." Subhanallah..
Ibadah dan Akhlak Beliau
Para ulama Bashrah mengatakan: "Tidak ada di
dunia ini orang yang seperti Muhammad bin Ismail Al-Bukhari dalam masalah ilmu
dan akhlak."
Muhammad bin Yahya Adz-Dzuhli mengatakan kepada
penduduk Naisabur ketika Al-Bukhari berkunjung ke negeri Naisabur:
"Pergilah kalian kepada laki-laki yang shalih tersebut dan dengarlah
hadits darinya."
Al-Husain bin Muhammad As Samarqandi berkata:
"Muhammad bin Ismail Al-Bukhari dikhususkan dengan tiga sifat terpuji:
sedikit berbicara, tidak rakus terhadap sesuatu yang ada di tangan manusia,
tidak sibuk dengan urusan orang lain dan seluruh kesibukan beliau adalah dalam
masalah ilmu."
Sulaiman bin Mujahid berkata: "Belum pernah aku
melihat dengan mata kepala sendiri semenjak 60 tahun yang lalu orang yang
paling faqih, paling wara' dan paling zuhud di dunia daripada Muhammad bin
Ismail."
Al-Imam Al-Bukhari mengkhatamkan Al-Qur'an setiap
siang hari di bulan Ramadhan. Kemudian di waktu malam harinya beliau
mengkhatamkannya setiap tiga malam sekali pada waktu shalat Tarawih. Beliau
rajin melaksanakan shalat malam sebanyak 13 rakaat pada waktu sahur setiap
hari.
Suatu hari beliau diundang dalam satu keperluan di
kebun milik muridnya. Kemudian beliau melaksanakan shalat Zhuhur dan shalat
sunnah bersama mereka. Maka tatkala selesai dari shalat, beliau mengangkat
ujung pakaiannya kemudian berkata kepada seseorang: "Tolong lihatlah
apakah ada sesuatu di bawah pakaianku?" Ternyata seekor kumbang besar
telah menyengat beliau sebanyak 16 atau 17 sengatan. Yang menyebabkan bengkak
pada tubuh beliau. Kemudian ada seseorang yang berkata kepada beliau:
"Mengapa engkau tidak membatalkan shalat ketika kumbang tersebut mulai pertama
kali menyengat?" Kata beliau: "Aku saat itu sedang membaca surat, dan
aku tidak ingin memutus surat tersebut."
Beliau pernah mengatakan: "Aku tidak lagi
berbuat ghibah kepada seorangpun semenjak aku mengetahuh bahwa perbuatan ghibah
akan membahayakan pelakunya."
Karya Tulis Beliau
Beliau banyak menghasilkan karya tulis dalam
berbagai disiplin ilmu. Di antaranya:
1. Al-Jami' Ash Shahih Al-Musnad min Haditsi
Rasulillah wa Sunanihi wa Ayyamihi atau (biasa disebut dengan, ed.) Shahih
Al-Bukhari.
Ini adalah sebuah kumpulan hadits yang berisi
hadits-hadits yang shahih. Beliau menyusun kitab ini selama 16 tahun. Tidaklah
beliau mencantumkan satu hadits dalam kitab tersebut kecuali beliau mandi
terlebih dahulu kemudian shalat dua rakaat.
2. Al-Adab Al-Mufrad
3. Raf'ul Yadain fi Shalat
4. Al-Qira'ah Khalfa Al-Imam
5. Khalqu Af'alil 'Ibad
6. At-Tarikh Al-Kabir, dll.
Wafat Beliau
Beliau pernah mengalami ujian yang berat dalam
hidupnya. Ceritanya adalah ada sebagian orang yang iri dengan kelebihan yang
Allah Ta'ala berikan kepada beliau. Maka mereka pun menyebarkan isu bahwasanya
beliau memiliki keyakinan yang mengarah kepada pendapat "Al-Qur'an adalah
makhluk", sebuah keyakinan yang kufur. Beliau akhirnya mengalami beberapa
kali pengusiran mulai dari daerah Naisabur, Bukhara dan terakhir Khartanka.
Beliau hadapi semua itu dengan ketabahan, dengan tidak melakukan reaksi apapun.
Suatu malam beliau pernah berdoa: "Ya Allah
sesungguhnya bumi yang luas ini telah terasa sempit bagiku, maka matikanlah
aku." Tidak sampai sebulan setelah itu beliau meninggal dunia. Beliau
meninggal pada malam Sabtu bertepatan dengan malam Idul Fitri seusai shalat
Isya. Dan dikuburkan pada keesokan harinya setelah shalat Zhuhur pada tahun 256
Hijriyah di desa Khartanka bagian dari kota Samarkand. Beliau wafat pada usia
62 tahun. Semoga Allah merahmati beliau rahimahullahu, dan memasukkannya ke
dalam Al-Jannah (Surga). Amin.
Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata: "Kalau seandainya
pintu pujian para ulama belakangan terhadap beliau dibuka, niscaya akan
menghabiskan lembaran kertas dan menghabiskan nafas manusia, karena yang
demikian merupakan lautan yang tiada batas."
Wallahu a'lam bish-shawab.
Referensi:
1. "Siyar A'lamin Nubala" Al-Imam
Adz-Dzahabi, Mu'assasah Ar Risalah hal. 391-470
2. "Al-Imam Al-Bukhari wa Kitabuhu Al-Jami'
Ash-Shahih" Asy-Syaikh Abdul Muhsin Al-'Abbad
3. "Ta'rif bil A'lam Al-Waridah fi Al-Bidayah wa
An Nihayah li Ibni Katsir" -Maktabah Asy-Syamilah
1. "Mu'jam Al-Buldan"
2. "Atsar Al-Bilad wa Akhbar Al-Ibad"
3. "Sirah Al-Imam Al-Bukhari", karya
Asy-Syaikh Abdus Salam Al-Mubarakfuri
Sumber: Buletin Islam Al-Ilmu Pekalongan, edisi:
10/I/4/1432.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar